Pengertian Sistem
Pengertian tentang sistem dapat mengacu pada benda - benda konkrit maupun benda-benda abstrak. Kita sering mendengar atau membaca istilah-istlIah misalnya sistem nilai budaya (cultural values system),sistem politik, sistem pendidikan nasional, sistem saraf dan sistem jaringan otot.
“ Menurut Fowler (1964) yang dimaksud dengan' sistem adalah: Compler whole, set of connected things or parts, organized body ofmaterial or immaterial “things”
“Menurut Webster's New American Dictionary, yang dimaksud dengan sistem adalah: combination of parts into whole, as the bodily system, the digestive system, a railroad system, the solar system”.
“Menurut Hornby (1973) mengartikan sistem sebagai: (1) Group of things or Pans working together in a regular relation: the nervous system, the digestive system, the rail way system, (2) Ordered set of ideas, . theories, principles etc. a system philosophy, system of government".
“Kemudian dalam The Concise Oxford Dictionary of Current English yang dimaksud sistem filsafat adalah Set of coordinated atau kumpulan dari ajaran-ajaran yang terkoordinasilian".
Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal yang bersangkutan
dengan suatu sistem adalah sebagai berikut :
Dalam suatu sistem termuat adanya sejumlah unsur atau bagian. Dalam suatu sistem abstrak unsur ini berwujud pandangan dan ajaran tentang sesuatu hal.
Unsur-unsur yang termuat dalam sistem saling berhubungan sehingga merupakan kesatuan yang menyeleruh.
Hubungan diantara unsur-unsur tersebut bersifat tetap.
Dalam suatu sistem termuat adanya maksud atau tujuanyangingin dicapai.
Sistem Filsafat
Sistem filsafat adalah kumpulan ajaran yang terkordinasikan. Suatu sistem filsafat haruslah memiliki ciri – ciri tertentu yang ber-beda dengan sistem ain misalnya sistem ilmiah.
Suatu sistem filsafat komprehensive, dalam arti tidak ada sesuatu hal yang di luar jangkauannya. Kalau tidak demikian- mata hanya memandang realitas dari satu samping atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala (Kattsoff: 1964).
Realitas yang dihadapi manusia sangat luas, mencakup segala sesuatu baik hal-hal yang dapat ditangkap dengan indera –maupun yang dapat ditangkap dengan akal. Sebagai mahluk yang berakal, manusia dapat melampaui pengalamannya sehingga dapat menangkap kenyataan yang di luar pengalaman.
Realitas yang bersifat spiritual (kerokhanian), misalnya hakikat atau essensi sesuatu hal tidak dapat ditangkap dengan indra akan tetapi hanya dapat dimengerti atau difahami dengan perantaraan akal. Karena sedemikian luas jangkauan filsafat, malta sesuatu sistem fllsafat dengan- sendirinya mencakup pemikiran teoritis tentang realitas - baik itu tentang Tuhan, alam, maupun manusia itu sendiri.
Dalam suatu sistem filsafat ada hubungan antara pemikiran teoritis tentang Tuhan, alam dan manusia. Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa suatu sistem filsafat mengandung maksud atau tujuan tertentu sebagaimana yang diharapkan oleh mereka yang mempercayainya bahwa sistem filsafat yang dianutnya itu sudah merupakan kebenaran yang mutlak.
Sistematik Filsafat
Cara mempelajari filsafat dibedakan menjadi dua yaitu secara historis dan secara sistematik. Pertama mempelajari sejarah perkembangan pemikiran filsafat sejak awal pemunculannya sampai sekarang. Yang kedua mempelajari isi, yaitu mempelajari pembagian bidang persoalannnya.
Masalah-masalah filsafat di samping dapat dideskripsikan ciri-cirinya, juga dapat dibagi menurut jenis-jenisnya, Jenis-jenis masalah filsafat ini bersesuaian dengan cabang-cabang filsafat.
Ada tiga jenis masalah kefilsafatan yang utama yaitu: keberadaan, pengetahuan dan nilai-nilai sebagai berikut :
Masalah-masalah keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Masalah ini bersangkutan dengan cabang filsafat metafisika. Masalah metafisis .dibedakan menjadi tiga yaitu masalah ontologis, masalah kosmologis dan masalah antrapologis.
Masalah-masalah pengetahuan (knowledge) maupun kebenaran (truth). Pengetahuanlkebenaran ditinjau dari segi isinya bersangkutan dengan cabang filsafat epistemologi. Pengetahuan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat logika.
Masalah-masalah nilai-nilai (values). Nilai-nilai dapat dibedakan menjadi dua, nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai kebaikan tingkah laku bertalian dengan cabang filsafat etika. Nilai-nilai keindahan bertalian dengan cabang filsafat estetika.
Cara pembagian yang lebih sederhana, tiga masalah· kefilsafatan tersebut juga dapat dikaitkan secara berurutan dengan tiga cabang filsafat yaitu: metaflsika, epistemologil, dan aksiologi.
Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah "Apakah ada itu ?"
Dalam epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah "Apakah yang
dapat saya ketahui ?"
Dalam kaitannya dengan tilsafat Pancasila (tinjauan terhadap Pancasila secara kefilsafatan) tiga persoalan metafisis, epistemologis dan aksiologis tersebut harus dapat dijawab. Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai sistem kefilsafatan, tiga masalah tersebut barns dapat dijawab baik secara teoritis maupun secara normatif.
Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan
Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya la menanyakan segala sesuatu yang dijumpainya, yang belum dimengerti. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan berfikir sendiri (refleksi) atau ditanyakan kepada orang lain. Pertanyaan kefilsafatan bertalian dengan pertanyaan yang mendalam yang mengacu pada hakikat sesuatu yang dipertanyakan baik tentang Tuhan, alam manpun diri manusia sendiri.
Jawaban atas pertanyaan kefilsafatan menghasilkan suatu sistem pemikiran kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan kemudian dijelmakan menjadi pandangan kefilsafatan. Dengan demikian pandangan kefilsafatan seseorang, berarti juga merupakan pandangan seseorang terhadap Tuhan, alam dan manusia. Dari.pandangan kefilsafatan seseorang dapat diketahui bagaimana ia berfikir, bersikap dan berbuat.
Gambar 1. Pancasila sebagai sistem filsafat
Dalam Uraian terdahulu dikatakan· bahwa sistem kefilsafatan adalah kumpulan dari ajaran-ajaran tentang kenyataan, yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan, komprehensi yang kesemuanya itu dimaksudkan untulk mencapai tujuan tertentu. Dimensi subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah kesadaran dari pelaku atau pembentuk sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu bagi tujuan tertentu atau ideal yang diharapkan.
Pancasila terdiri dari lima sila, yang masing-masing sila merupakan ajaran yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemausiaan Yang Adil dan Beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kesatuan kseluruhannya. Pada dasarnya yang menjadi subjek atau pendukung dari ini isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia.
Manusia yang terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur tersebut menduduki dan menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya tidak dapat digantikan fungsinya oleh unsur yang lain.
Adapun inti isi masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan kesatuan Pancasila.
Prof. Notonagoro menyatakan bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang bersifat organis, yaitu terdiri atas bagian-bagian yang tidak terpisahkan. Di dalam kesatuan ini, tiap-tiap bagian menempati kedudukan sendiri dan berfungsi sendiri. Meskipun tiap-tiap sila itu berbedabecla namun tidak· saling bertentangan malahan saling melengkapi.· Konsekuensi dari konsepsi ini adalah bahwa tidak ·dapat salah satu sila itu dihilangkan. Muhammad Yamin juga menegaskan sifat kesatuan dari sila-sila Pancasila” |
Jadi, tidaklah benar bahwa ajaran lima sila itu hanya satu kumpulan barang yang baik-baik belaka,dan bercerai berai seperti pasir ditepi pantai. Tidaklah begitu saudara- saudara., semuanya kelima sila itu adalah tersusun dalam. suatu perumusan pikiran filosofi yang harmonis" (Yamin, 1958).
Sejalan dengan itu Prof. Notonagoro menyatakan:
“Sedangkan sebenarnya sila-sila itu bersama-aama merupakan bagian-bagian dari suatu keutuhan, merupakan bagian - bagian dalam hubungan kesatuan”
Berdasar pada uraian tersebut di atas, Pancasila sudah memenuhi syarat untuk dapat disebut sebagai sistem kefilsafatan. Sebagai suatu sistem kefilsafatan, Pancasila merupakan basil pemikiran manusia Indonesia secara mendalam sistematik dan menyeluruh tentang kenyataan. Setiap sistem kefilsafatan pada hakikatnya mencerminkan pandangan sesuatu kelompok atau sesuatu bangsa.
Terbentuknya sistem kefilsafatan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan spiritual tempat bangsa ini hidup. Pancasila merupakan pencerminan pandangan Bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas. Secara tegas dalam Pancasila tercermin pandangan Bangsa Indonesia mengenai "Tuhan", "manusia", "satu", "rakyat" dan "adil".
Perbandingan filsafat Pancasila dengan dengan sistem filsafat lainnya didunia.
Dilihat dari perbedaannya, filsafat yang ada di Indonesia ternyata memiliki banyak perbedaan dengan filsafat yang ada pada Negara Negara lain di dunia, seperti berikut ini :
Komunisme
Sebenarnya komunisme bukan lah arti tuhan sebab komunisme adalah menitik beratkan pada politiknya bukan agamnya. Komunisme menitik beratkan pada hak Negara atau hak bersama dengan kata lain bahwa hak individu di hilangkan sebagaimana yang di jelaskan pada filsafat pancasila.
Liberalisme
Secara umum liberalisme mencita citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu paham liberalism menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.

Gambar 2. Liberism
Materialisme
Meterialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua penomena adalah hasil interaksi material.

Gambar 3. Dampak materialisme
Sosialisme
Sistem social dan ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan social dari alat alat produksi dan menejemen koprasi ekonomi serta teori politik dan gerakan yang mengarah pada pembentukan sistem tersebut. “kepemilikan social” bisa merujuk ke koprasi, kepemilikan umum, kepemilikan Negara, kepemilikan waarga ekuitas, atau kombinasi dari semuanya.

Gambar 4. Sosialisme
Kapitalisme
Filsafat yang berpedoman pada nilai materi dan hamper sama seperti materialisme yang tidak peduli akan agama bahkan menolaknya. Kapitalisme menekan persaingan antar individu dengan menghalalkan segala cara (kecuali melanggar peraturan Negara) agar dapat memperkaya diri masing-masing tanpa memikirkan individu yang lain.

Gambar 5. Kapitalism
Idealisme
Idealisme lebih mementingkan akal dari pada material, idealism adalah tentang realitas dan pengetahuan yang menjelaskan tentang kesadaran, atau pemikiran yang bukan bersifat kebendaan dan mempunyai fungsi utama dalam aturan dunia.

Gambar 6. Idealisme
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin, utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi, utilitarianisme berdasar pada hasil atau konsekuensi dari suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan (a consequently approach)

Gambar 7. Utilitarianisme
Religi
Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion (bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang menjajah bangsa Indonesia. Sedangkan isme dapat diartikan sebagai paham. Religiusisme mempunyai pengertian sebagai paham atau keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.

Gambar 8. Religi pancasila
DAFTAR PUSTAKA
Drijarkara, N. 1959, Pantjaaila and Religion, Ministry of Information Republic of Indonesia, Jakarta.
Fowler, W.H. 1964, The Concise Oxford Dictionary of Current English, Oxford University Press, Oxford.
Homby, A.S. 1973, The Advanced Learnber'a Dictionary of Current English, Oxford University Press, Ely House, London.
Mulder, D.C., 1966, Pembimbing Ke dalam Ilmu Filsafat, Badan Penerbit Kristen, Jakarta.
Notonagoro, 1971, Pancasila secara Ilmiah Populer, Pancuran Tujuh, Jakarta.
Sprague, Elmer and Paul W. Taylor, 1959, Knowledge and Values, Horcourt Barce World Inc., NewYork.
Yamin, Muhammad, 1958, Sistema Filsafat Pantjasila, Kementerian Penerangan
R.I., Jakarta.
Syadali, ahmad. Udzakir. Filsafat umum, bandung; PT pustaka setia, 1997.
Poespowardoyo, soeryanto. 1989. Filsafat pancasila. Gramedia: Jakarta.